“Revisi itu seperti vonis mati bagi ekosistem Kabaena,” ujar Direktur Eksekutif Walhi Sultra, Andi Rahman.
Dalam laporan terbaru Walhi dan Satya Bumi, dampak pertambangan tak hanya mencakup kerusakan lingkungan, tapi juga menyingkap praktik korupsi dan koneksi bisnis global dalam rantai pasokan nikel untuk baterai kendaraan listrik.
Bagi masyarakat adat suku Bajo dan Moronene, tambang bukan hanya menghapus laut dan tanah, tetapi juga masa depan.
“Anak-anak Bajo tak lagi diajarkan menyelam karena laut sudah tercemar,” jelas Afra.
Tiga anak bahkan dilaporkan meninggal karena jatuh ke air yang keruh. Nelayan kini beralih menjadi buruh tambang dengan upah rendah tanpa jaminan kesehatan.
Sementara itu, petani Moronene kehilangan lahan kacang mete dan kopi akibat kontaminasi tanah.
“Ini bukan transisi energi, ini transisi penderitaan,” sindir Andi Rahman.
Ironisnya, ketika warga bersuara, mereka malah dikriminalisasi.
Penulis : Wawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya