Para kepala desa seolah bukan bagian dari kemeriahan hari jadi daerah mereka sendiri.
“kami datang dari jauh, meninggalkan tugas dan keluarga, berharap ada apresiasi walau sekedar simbolis, tapi yang kami dapat justru sebaliknya,” ungkap seorang kepala desa yang enggan disebut namanya.
Ironinya, menurut kades, ini bukan kali pertama mereka merasa diabaikan, namun Tahun-tahun sebelumnya kejadian serupa juga terjadi.
Harapan kami tahun ini berbeda justru pupus ditengah megahnya panggung seremonial.
“kami tidak minta lebih, hanya ingin dihargai dari, kami ini bagian dari OKU, dan perayaan ini seharusnya milik semua elemen, bukan hanya segelintir orang,” tegas Delys
Meski kecewa, para kepala desa tetap menghargai jalanya acara dan menjaga etika serta semangat kebersamaan, mereka juga bergarap agar kejadian ini menjadi perhatian serius bagi pihak penyelenggaraan.
“kami tidak menyalahkan siapa pun, tapi mohon ada evaluasi serius, kami sudah bersabar bertahun-tahun, jangan sampai ini jadi luka yang terus membekas,” ujarnya.
Dengan wajah tertunduk, banyak kepala desa pulang dengan perasaan getir. Mereka tak meminta panggung.
Tak menuntut sorotan, hanya satu yang mereka inginkan, Dihargai sebagai garda terdepan di pemerintahan Desa.
Penulis : Gunawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2