PERISTIWATERKINI.NET, Sleman – Pameran “SUARA Indonesia! Retrospeksi 20 Tahun Konvensi 2005 UNESCO” menghadirkan narasi panjang perjalanan Indonesia sejak meratifikasi Konvensi 2005 pada 2012.
Sejumlah segmen disusun untuk menelusuri tujuan konvensi, capaian, tantangan, hingga dampak implementasinya dalam kebijakan kebudayaan nasional.

Kurator pameran Ignatia Nilu menyebut pameran ini sebagai ruang yang hidup dan partisipatif.
“SUARA Indonesia berangkat dari keyakinan bahwa kebudayaan akan hidup ketika setiap orang memiliki ruang untuk bersuara,” ujarnya.
Menurut Ignatia, Konvensi 2005 UNESCO memberi kerangka penting agar keberagaman ekspresi budaya tidak hanya dilindungi, tetapi juga dihidupi.
Empat karya seniman dihadirkan sebagai refleksi artistik relasi negara, masyarakat, teknologi, dan kebebasan berekspresi.
Penulis : Wawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2 Selanjutnya

















