“Ini sudah jadi kegiatan rutin kami, dua minggu sekali. Hari ini, kami turun langsung di Maguwoharjo, khususnya wilayah sekitar Selokan Mataram,” ujarnya
“Kita tetap bersinergi dengan komunitas, hari ini ditemani Mas Wed dan Bu Nani dari Geliat Putri Mataram,” jelasnya.
Ia menyoroti kondisi memprihatinkan di sekitar gereja yang kerap jadi titik pembuangan liar.
“Sampah dikemas di tas kresek, dibuang saat sepi. Warga mengeluh karena tiap habis kerja bakti, dua-tiga hari sudah numpuk lagi,” jelasnya.
Selain sampah, warga juga mengeluhkan penerangan jalan yang minim akibat tertutup rimbunan pohon.
“Jalur dari gereja ke arah jembatan gelap. Kami harap DLLAJR dan PU bisa menindaklanjuti,” tegasnya.
Masukan-masukan ini, jelasnya, akan diteruskan ke dinas terkait agar penanganan lebih menyeluruh.
Acara ini bukan sekadar gerakan sesaat. “Kita ingin ini jadi gerakan berkelanjutan, tidak hanya seremonial,” tegasnya.
Harapannya, Selokan Mataram bisa jadi lebih dari sekadar saluran irigasi, tetapi juga destinasi wisata lingkungan yang menarik.
“Kalau lingkungan bersih, pariwisata hidup, UMKM ikut tumbuh,” tutup Mba Roose dengan optimis.
Penulis : Wawan
Editor : Peristiwaterkini
Sumber Berita: Liputan Langsung
Halaman : 1 2