“Kami menggunakan alat berat, tapi peralatan yang terbatas memperlambat proses evakuasi,” jelasnya.
Meski begitu, ketiga korban akhirnya berhasil dievakuasi, dan korban selamat langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
Pekerja yang sempat diwawancarai mengungkapkan bahwa bahan yang digunakan memang sering kali tidak sesuai standar.
“Mal penahan ini dari bahan bekas, katanya untuk menghemat biaya. Kami juga khawatir, tapi mau bagaimana lagi, tetap harus bekerja,” ujarnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah daerah atau kontraktor terkait insiden ini.
Warga mendesak agar dilakukan investigasi mendalam untuk mengungkap penyebab kejadian tragis tersebut dan memastikan insiden serupa tidak terulang di masa depan.
Pengamat konstruksi, Ir. Haryono, menyoroti pentingnya penerapan standar keselamatan di setiap proyek pembangunan.
“Penggunaan bahan bekas untuk mal penahan sangat berisiko. Dalam proyek konstruksi, keselamatan pekerja harus menjadi prioritas utama. SOP wajib diterapkan secara disiplin,” tegasnya.
Ia juga menambahkan, proyek tanpa papan nama sering kali menjadi indikasi ketidaktransparanan dan berpotensi menimbulkan penyimpangan.
Masyarakat berharap pihak berwenang segera mengambil langkah tegas untuk menindaklanjuti kasus ini, demi memastikan keamanan proyek-proyek serupa di masa depan.
Penulis : Jurnalis
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2

















