Dalam artikelnya, ia memuji Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik tak kalah dibandingkan Bali, dengan posisi sebagai pusat fermentasi budaya dan intelektual yang kaya. Namun, klaim terkait Borobudur tetap menjadi sorotan utama dalam diskusi publik.
Perdebatan ini tidak hanya menyentuh persoalan geografis, tetapi juga memunculkan refleksi tentang pentingnya menghargai warisan budaya dan identitas lokal.
Banyak pihak menilai bahwa sensitivitas terhadap sejarah dan identitas masyarakat setempat perlu menjadi perhatian, terutama dalam narasi yang melibatkan simbol budaya yang bernilai tinggi seperti Borobudur.
Salah satu komentar warganet menyebut, “Borobudur adalah milik dunia, tapi secara administratif jelas itu di Magelang, bukan Yogyakarta. Penting bagi kita untuk menjaga kejelasan ini agar identitas lokal tidak terabaikan.”
Meski Yogyakarta diakui sebagai pusat budaya yang kaya dengan tradisi dan sejarah panjang, diskusi ini menjadi pengingat bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki keunikan tersendiri.

Borobudur sebagai ikon dunia tak hanya menjadi kebanggaan Magelang atau Jawa Tengah, tetapi juga bagian dari mozaik kekayaan budaya Indonesia secara keseluruhan.
Perdebatan ini menyoroti pentingnya pelaporan yang lebih teliti tentang isu-isu budaya dan sejarah, serta pentingnya menghormati perspektif masyarakat lokal dalam menyampaikan narasi tentang suatu daerah.
Penulis : Kurniawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2

















