Kekhawatiran ini merujuk pada sejarah panjang keterlibatan militer dalam ranah politik dan sosial yang sering kali berujung pada pembungkaman suara kritis.
Aksi dimulai sejak pukul 11.25 WIB ketika massa melakukan long march dari kawasan parkir Abu Bakar Ali (ABA) menuju kantor DPRD DIY di Jalan Malioboro.
Setibanya di lokasi, mereka mengangkat berbagai spanduk berisi penolakan terhadap pengesahan RUU TNI.
Teriakan “Tolak RUU TNI!” terus menggema di bawah terik matahari yang menyengat.
Penolakan pengesahan RUU TNI ini berakar pada kekhawatiran bahwa militer akan kembali memiliki pengaruh besar dalam kehidupan sipil.
Pengalaman di masa Orde Baru yang sarat dengan pelanggaran HAM dan pembungkaman kebebasan berekspresi menjadi bayang-bayang yang menghantui para mahasiswa.
“Kita tidak ingin sejarah kelam itu terulang. Demokrasi ini milik rakyat, bukan milik militer!” seru seorang peserta aksi.
Hingga pukul 11.49 WIB, massa aksi tetap bertahan di halaman DPRD DIY, menyuarakan aspirasi mereka secara bergantian.
Mereka berjanji akan terus mengawal isu ini dan menolak segala bentuk intervensi militer dalam kehidupan sipil.
“Ini baru awal. Kami tidak akan diam!” ujar seorang orator menutup aksi dengan nada penuh semangat.
Penulis : Kurniawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2

















