Nisfatul Izzah
Dosen Akuntansi Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta & Koordinator Devisi Koperasi dan Lembaga Keuangan Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan Pimpinan Wilayah ‘Asiyiyah DIY
PERISTIWATERKINI.NET – Di tengah arus globalisasi dan dominasi teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), pembelajaran ekonomi akuntansi di Indonesia seringkali kehilangan akar budayanya. Banyak pendekatan pendidikan yang diadopsi mentah-mentah dari barat tanpa mempertimbangkan kesesuaian dengan konteks sosial dan budaya lokal.
Padahal, nilai-nilai kearifan lokal seperti falsafah Jawa memiliki peran penting dalam membentuk karakter lulusan yang tak hanya andal secara teknis, tetapi juga berintegritas dan berkepribadian kuat. Ini menjadi fondasi moral yang kokoh ketika AI mulai menggantikan banyak fungsi manusia, terutama dalam profesi akuntansi.
Kearifan lokal seperti pepatah Jawa “Gusti ora sare” atau “Becik ketitik olo ketoro” memiliki muatan etika dan spiritual yang dapat membimbing mahasiswa dalam mengambil keputusan yang jujur, adil, dan profesional.
AI mungkin dapat melakukan analisis data keuangan secara cepat dan akurat, namun tidak bisa menggantikan nilai-nilai etis, empati, dan kesadaran spiritual yang seharusnya melekat dalam profesi ekonomi akuntansi.
Dengan pendekatan ini, mahasiswa tidak hanya diajarkan untuk cakap menghitung, tapi juga peka terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungan.
Penulis : Wawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2 Selanjutnya