Dengan keunikan kulinernya, pasar ini tidak hanya menarik warga Yogyakarta, tetapi juga pelancong dari luar daerah yang ingin mencicipi cita rasa khas Kauman.
Lebih dari sekadar tempat berburu kuliner, pasar sore ini memiliki misi melestarikan kekayaan kuliner lokal serta memberdayakan pedagang kecil.
“Banyak pedagang yang sudah berjualan di sini sejak sebelum pasar ini dikelola secara profesional. Kini dengan adanya fasilitas yang lebih baik, mereka bisa berdagang dengan lebih nyaman,” kata Chawari.
Salah satu pedagang yang telah lama berjualan di Kauman adalah Rodhiyah, yang sejak 1991 setia menjajakan jajanan tradisional seperti apem, serabi kocor, lemper, dan serabi bakar.
“Dulu sebelum pasar ini dikelola, saya harus membawa sendiri perlengkapan berjualan. Sekarang sudah lebih mudah karena ada fasilitas yang disediakan,” ungkapnya.
Pengunjung yang datang pun merasa pasar ini menawarkan pengalaman yang unik. Yunianto, warga Yogyakarta, mengaku antusias saat pertama kali mengunjungi Pasar Sore Kauman.
“Saya ingin mencari sesuatu yang khas dari Kauman yang mungkin tidak ada di tempat lain,” ujarnya setelah membeli klepon, kicak, jadah manten, dan jenang gempol.
Pasar Sore Ramadan Kauman tidak hanya menjadi tempat mencari takjil, tetapi juga ruang nostalgia bagi masyarakat yang ingin mengenang kembali cita rasa khas Yogyakarta.
Dengan tetap mempertahankan tradisi dan terus berkembang, pasar ini menjadi bukti bahwa kekayaan kuliner lokal bisa bertahan dan berkembang di tengah modernisasi.
Penulis : Kurniawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2

















