Ia melanjutkan, “Anak saya bisa melihat perbedaan pakaian adat, gerak tari, hingga alat musik tradisional.
Ini pelajaran budaya yang tidak bisa didapat di ruang kelas.”
Bagi Martinus, ISP bukan sekadar tontonan, tapi wisata edukatif yang memperkaya jiwa.

Sorotan positif juga datang dari para wisatawan mancanegara. Laurent, turis asal Prancis, mengaku terpukau dengan semangat budaya Indonesia.
“Saya belum pernah melihat perpaduan budaya semegah ini di ruang publik. Very vibrant and authentic,” katanya.
Sementara itu, Alif dari Padang menilai ISP adalah cermin persatuan.
“Kita ini beragam, tapi tetap satu. Lihat saja, Minang, Jawa, Bali, Kalimantan, semua tampil malam ini,” ujarnya sambil merekam video.
Malam ditutup dengan tepuk tangan meriah dan pertunjukan kembang api yang menghiasi langit Malioboro.
“Saya merinding,” kata Rina, mahasiswi ISI Yogyakarta. “Momen ini membangkitkan rasa cinta tanah air yang dalam,” imbuhnya.
ISP 2025 membuktikan bahwa budaya bukan hanya warisan, tapi juga kekuatan yang menginspirasi masa depan.
Harapannya, gelaran semacam ini terus berlanjut, menumbuhkan kebanggaan dan kecintaan generasi muda pada identitas kebangsaan.
Penulis : Wawan
Editor : Peristiwaterkini
Sumber Berita: Liputan Langsung
Halaman : 1 2