Tahun ini, tema “Bangkit dan Lestarikan Permainan Tradisional” dipilih sebagai refleksi atas kuatnya pengaruh digitalisasi.
“Ini menjadi laboratorium nyata bagi mahasiswa untuk belajar mengelola event sekaligus membaca problem sosial-budaya secara kritis,” jelas Dyaloka.
Sementara itu, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi UWM, Nur Amala Saputri, S.I.Kom., M.A., menegaskan sejak awal BAF selalu dirancang dengan tema budaya.
Hal senada disampaikan Dekan Fisipol UWM, Dr. As Martadani Noor, M.A., yang membuka acara secara resmi.
“Saya bangga mahasiswa mampu menghadirkan kegiatan yang bukan hanya menarik, tetapi juga bermakna bagi pelestarian budaya.
Semoga JENTARA dan BAF menjadi ruang hidupnya kembali permainan tradisional Nusantara,” pungkasnya.
Penulis : Wawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2

















