Hal ini menunjukkan bahwa kenangan masa kecil dapat menjadi fondasi strategi pemasaran yang efektif dan menguntungkan.
Namun, di balik potensi besar tersebut, pelaku bisnis harus berhati-hati. Nostalgia adalah pedang bermata dua.
Jika tidak dilakukan dengan riset dan keaslian, kidulting bisa terasa dipaksakan dan kehilangan maknanya.
“Kuncinya ada pada keotentikan—produk harus jujur terhadap nilai emosional yang dibawa,” tegas Antonius Satria Hadi.
Artinya, pelaku bisnis perlu memahami psikologi konsumen, bukan sekadar meniru tren global.
Kidulting membuktikan bahwa dalam dunia serba digital, manusia tetap merindukan kesederhanaan masa lalu.
Dari mainan hingga fesyen, dari camilan jadul hingga film klasik, nostalgia kini menjadi strategi pemasaran yang kuat.
Bagi pelaku usaha di Indonesia, fenomena ini adalah peluang emas untuk menciptakan produk yang bukan hanya laku, tapi juga menghangatkan hati konsumen.
Karena pada akhirnya, bisnis terbaik adalah yang mampu menyentuh sisi manusiawi pelanggan.
Penulis : Wawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2

















