Fajar Santoso
Dosen UIN Raden Mas Said Surakarta
Dalam percakapan sehari-hari, kita sering mendengar istilah job hopping—pekerja yang rajin pindah kerja demi gaji atau tantangan baru. Namun ada fenomena sebaliknya yang tak kalah menarik: job hugging.
Istilah ini mungkin jarang terdengar, tetapi praktiknya nyata. Banyak orang memilih “memeluk” pekerjaannya erat-erat, enggan melepas meski sudah tak lagi memberi ruang tumbuh.
Di permukaan, job hugging terlihat aman: ada kepastian, ada stabilitas. Tetapi di baliknya tersimpan paradoks. Mereka yang terjebak dalam job hugging seringkali bukanlah orang malas.
Justru sebaliknya, mereka bisa jadi pekerja paling rajin, loyal, dan berdedikasi. Namun di titik tertentu, loyalitas berubah jadi keterikatan yang mengekang.
Mereka menolak promosi, takut mengambil risiko, bahkan menolak kesempatan emas yang datang mengetuk pintu.
Bukan karena tak mampu, melainkan karena terlalu nyaman dan terlalu takut kehilangan identitas yang melekat pada pekerjaannya.
Fenomena ini membawa konsekuensi serius. Stagnasi karier adalah harga pertama yang harus dibayar. Orang yang lama terjebak zona nyaman akan kehilangan peluang memperluas jejaring, menambah keterampilan baru, dan meningkatkan nilai profesional.
Penulis : Wawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2 Selanjutnya