Para peserta mengenakan pakaian tradisional dan menggendong tenggok, tumbu, serta kronjot berisi hasil panen, sayur-mayur, dan produk industri kecil.
“Kirab ini menjadi simbol kuat persatuan dalam keberagaman. Mari kita rayakan syukur dan toleransi bersama,” imbuh Idham.
Adi Purnomo, Ketua Penyelenggara, menjelaskan bahwa “Jagung Sebakul” merupakan gerakan untuk mengangkat martabat UMKM.

“Tujuan kegiatan ini mengingatkan bahwa UMKM adalah tonggak dasar perekonomian daerah, khususnya di Yogyakarta,” ujarnya.
Sementara itu, Enggar Fransiska, Sekretaris Panitia, menambahkan, “Kami berterima kasih kepada warga yang sudah ikut serta. Semoga dari acara ini, pelaku UMKM bisa meningkatkan omset dan kesejahteraan keluarganya.”
Dukungan juga datang dari para pedagang pasar tradisional seperti Parman dari Pasar Beringharjo.
“Kami dari pasar Beringharjo membawa enam orang dengan sayur-sayuran. Harapannya, semoga UMKM di Yogyakarta selalu bagus dan maju,” ungkapnya.
Kirab “Jagung Sebakul” membuktikan bahwa kearifan lokal, gotong royong, dan rasa syukur dapat menjadi penggerak utama pembangunan ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan.
Penulis : Wawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2