Sebelum mati, harimau sempat menunjukkan gejala memburuk seperti tidak nafsu makan, muntah, dan buang air besar disertai darah.
Padahal, menurut Agung, kondisi harimau sempat membaik pascaoperasi pada awal Juni, ditandai dengan nafsu makan meningkat dan respons terhadap pergerakan sekitar.
Namun sejak 4 Juni, kondisinya kembali menurun. Luka di kaki mengalami peradangan dan jaringan mulai membusuk.
“Pada 9 Juni, pagi hari harimau muntah, BAB berdarah, tubuhnya sempoyongan, dan akhirnya mati sebelum tindakan medis lanjutan bisa dilakukan,” lanjut Agung.
Dugaan awal kematian mengarah pada infeksi virus panleukopenia, setelah tim medis mendapati tanda-tanda klinis serta hasil rapid test yang menguatkan.
“Virus feline panleukopenia memang umum dijumpai pada kucing, kemungkinan penularan melalui kontak langsung atau lingkungan,” jelas drh. Zulmanudin dari BKSDA Jambi.
Nekropsi pun dilakukan dan ditemukan peradangan hebat pada lambung serta usus, dan bangkai harimau kini diamankan menunggu instruksi Tim Tipidter Polda Jambi.
Penulis : Wawan
Editor : Peristiwaterkini