“Melalui aksi ini, kami harapkan kerugian petani bisa ditekan dan hasil panen lebih terjamin,” ujarnya.
Roni, Kepala Dusun Wonokerto, juga mendukung penuh langkah tersebut.
Ia melihat gropyok tikus sebagai simbol solidaritas dan kesadaran kolektif masyarakat dalam menjaga lahan pertanian mereka.
Gropyok tikus sendiri merupakan metode tradisional memburu tikus secara manual dengan peralatan sederhana, namun terbukti efektif bila dilakukan secara masif dan terkoordinasi.
Kegiatan ini bukan hanya untuk mengendalikan populasi tikus, namun juga menjadi momentum mempererat kerja sama lintas sektor.
Diharapkan, kegiatan serupa bisa terus dilakukan secara berkala.
Upaya ini menjadi bukti nyata bahwa swasembada pangan tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada semangat gotong royong dan kepedulian bersama.
Penulis : Kurniawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2