Bantul, Peristiwaterkini – Pada 20 Juli 1825, Residen Belanda di Yogyakarta, Smissaert, membuat kekeliruan besar.
Ia mengirim surat panggilan kepada Pangeran Diponegoro yang disampaikan oleh dua orang pegawai rendahan.
Namun, sang pangeran tidak menggubris panggilan tersebut. Bahkan, ia mempersiapkan perlawanan yang akan menggetarkan Belanda.
Setelah dua kali panggilannya ditolak, Smissaert marah dan merasa terhina. Ia memerintahkan satu detasemen pasukan yang dipimpin oleh Asisten Residen Chevallier menuju Tegalrejo.
Pasukan itu berkekuatan 50 orang yang terdiri atas pasukan infantri dan hussar yang diperkuat dengan dua pucuk meriam.
Namun, Pangeran Diponegoro dan pengikutnya telah mengetahui kedatangan pasukan tersebut.
Mereka mengundurkan diri ke Desa Selarong, yang telah dipersiapkan sebagai markas komando.
Desa Selarong adalah satu desa strategis yang berada di kaki bukit kapur, yang berjarak lebih kurang sembilan kilometer dari Yogyakarta.
Penulis : Kurniawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya