“Saat melihatnya, saya tidak bisa diam. Wisata ini sumber penghidupan warga kami, kalau batunya diambil, tempat ini rusak, tidak ada lagi yang datang,” ungkal Ilham.
Ia mengatakan batu yang sempat diambil dari area wisata akhirnya dikembalikan setelah diprotes keras olehnya.
Namun kekhawatiran belum reda, informasi yang beredar menyebutkan bahwa kontrak pengerukan berlangsung hingga tiga tahun lamanya.
“Jika sampai tiga tahun begini terus, lama-lama sungai kami rusak, longsor bisa terjadi, irigasi ke sawah pun sekarang sudah tidak lagi jalan,” tambahnya.
Ilham juga mengingatkan bahwa beberapa titik aliran air ke sawah warga kini mengering yang diakibatkan perubahan kontur dasar sungai.
“Air ke sawah sekitar sungai mati, ini bukan normalisasi lagi, tapi perusakan, warga menggantungkan hidup dari sawah dan wisata, jika dua-duanya rusak kami mau makan apa?”, ujarnya penuh amarah.
Saat ini warga berharap kepada pemerintah daerah maupun instansi terkait segera turun tangan, mereka menuntut kejelasan: apakah ini benar proyek normalisasi atau justru tambang berkedok proyek?.
“Jangan sampai kerusakan ini jadi bencana, kami hanya ingin kejelasan dan perlindungan,” pungkas Ilham.
Penulis : Gunawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2