“Peran jurnalis sangat penting di tengah distribusi AI, tetapi sekaligus penuh pemudaran,” katanya.
Pemudaran itu, jelasnya, menyentuh “rohani, etika, dan profesi.” Karena itu jurnalis harus membangun “intelektualitas yang dijiwai ketajaman, kepekaan, dan intuisi,”.
”Sehingga mampu memahami AI sebagai “realitas perkembangan teknologi informasi yang harus diantisipasi dengan konsep yang jelas,” tegasnya.
Ia menegaskan bahwa acara literasi AI seperti ini tidak boleh berhenti di satu forum.
“Tidak cukup hari ini, sama sekali tidak cukup,” tegasnya.

Perguruan tinggi, kata Busyro, wajib turun tangan: “Saatnya perguruan tinggi mengakses bagaimana antisipasi keilmuan mereka terhadap perkembangan AI.”
Jika tidak, ia memperingatkan, “AI bisa mengganggu kualitas perkembangan ilmu di perguruan tinggi,”
”Padahal kampus adalah “center of excellence yang memikul tanggung jawab spiritual, intelektual, dan profesional,” pungkasnya
Penulis : Wawan
Editor : Peristiwaterkini
Sumber Berita: Liputan Langsung
Halaman : 1 2

















