
“Itu hanya cara Tuhan menulis kisah berbeda di tubuh dan jiwa seseorang,” ujarnya.
Dengan nada penuh makna, Izal menambahkan, “Kalau hidup ini ibarat lagu, mereka adalah nada-nada unik yang bikin harmoni jadi indah.
Kadang mereka lebih jujur daripada kita yang suka pura-pura bahagia.”
Keterlibatan Mahasiswa dan Masyarakat
Sementara itu, dr. Widya Wasityastuti, Dosen FK-KMK UGM sekaligus Koordinator Seremoni DSAM 2025, menilai kegiatan ini sebagai bentuk nyata kolaborasi dan pengabdian sosial.
“Inklusi bukan hanya tentang menerima perbedaan, tapi membangun kebersamaan,” ujarnya.
Ia mengapresiasi keterlibatan mahasiswa lintas kampus dan komunitas sosial yang ikut serta dalam kegiatan ini.

“Mereka belajar langsung tentang nilai-nilai kemanusiaan dan empati. Inilah pendidikan sejati yang berbasis pada hati dan kepedulian,” katanya.
Menurutnya, kegiatan seperti ini perlu terus digalakkan agar masyarakat semakin terbuka terhadap keberagaman dan menumbuhkan budaya saling menghargai.
Penulis : Wawan
Editor : Peristiwaterkini
Sumber Berita: Liputan Langsung
Halaman : 1 2

















