Salah satu yang menarik perhatian adalah pembacaan puisi Memecah Mengutuhkan oleh politisi PKB Kota Jogja, Solihul Hadi. Puisi yang ditulis tahun 1987 itu dianggapnya memiliki pesan moral yang kuat dan tetap relevan dalam situasi politik masa kini.
“Menyikapi hiruk pikuk dunia politik, puisi ini menjadi pengingat untuk menjaga kestabilan jiwa dan tidak terjebak dalam nafsu duniawi yang merugikan rakyat,” ucapnya.
Dalam puisinya, Cak Nun menulis tentang keadilan yang timpang — pencuri ayam dihukum, sementara penguasa yang merugikan rakyat tetap bebas. Potongan ini dianggap sebagai bentuk satire atas situasi hukum dan politik yang masih terjadi hingga sekarang.
Solihul menegaskan pentingnya etika dalam berpolitik, dan mengajak para wakil rakyat untuk lebih berpihak kepada rakyat melalui kebijakan yang adil.
Di usia ke-72, Cak Nun tetap menjadi sosok yang menyuarakan nurani rakyat dan membangun ruang dialog spiritual lewat forum seperti Maiyah.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya