Banyak organisasi sosial hari ini tanpa sadar sedang terjebak dalam perangkap birokrasi: sibuk memenuhi format pelaporan donor, tapi kehilangan napas perjuangan.
Laporan keuangan mereka penuh angka yang rapi, namun sepi cerita tentang kehidupan yang berubah. Ironisnya, akuntansi yang seharusnya menjadi alat pemberdayaan justru berubah menjadi alat kontrol.
Akuntansi sosial tidak boleh menjadi sekadar mesin pencatat transaksi. Ia harus menjadi cermin keadilan—memperlihatkan siapa yang terbantu, siapa yang tertinggal, dan bagaimana setiap rupiah bekerja di lapangan.
Jika laporan hanya memuaskan auditor tetapi tidak menjelaskan dampak, maka itu hanyalah dokumen dingin yang memandulkan semangat gerakan.
Kita hidup di era di mana teknologi bisa membuka pintu transparansi lebar-lebar. Cloud accounting, blockchain, aplikasi mobile—semua siap digunakan.
Tapi tanpa keberanian untuk mendefinisikan akuntansi dari perspektif sosial, teknologi hanya akan melipatgandakan birokrasi, bukan dampak.
Organisasi sosial perlu berani melawan pola lama: angka di atas narasi, kepatuhan di atas keberpihakan.
Penulis : Wawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2 Selanjutnya