“Ini bukan drama, ini soal perut kosong,” ucapnya. Ia menambahkan, “Wajar jika masyarakat mengibarkan bendera putih kepada pemerintah ketika mereka merasa ditinggalkan.”
Bahkan, warga sampai mengirim surat ke UNDP dan UNICEF, sebuah pesan keras bahwa kepercayaan pada negara sedang diuji di tanah mereka sendiri.
Di balik kamera, Irine memikul amanah warga.
“Tolong sampaikan suara kami kepada dunia, agar diberitakan yang sebenarnya dari Aceh,” katanya menirukan pesan masyarakat.
Ia juga menegaskan solidaritasnya dengan para relawan, “Berat bagi kami, seberat usaha relawan menembus wilayah terdampak membawa bantuan.”
Di titik ini, jurnalisme tidak lagi netral secara emosional, tetapi berpihak pada kemanusiaan.
Video liputan Irine yang viral menjadi alarm darurat nasional.
Kini pertanyaannya sederhana sekaligus mendasar, setelah air mata itu mengering, “Apakah bantuan benar-benar akan datang?”
Atau warga Aceh Tamiang tetap menggenggam bendera putih, berharap negara kembali mendengar jeritan hati mereka.
Penulis : Wawan
Editor : Peristiwaterkini
Halaman : 1 2

















