PERISTIWATERKINI.NET – Kotagede, sebuah kawasan yang sarat sejarah di Yogyakarta, pernah menjadi panggung persaingan dua kekuatan besar yang memperebutkan simpati rakyatnya.
Pada era ketika politik dan ideologi bersinggungan erat dengan kehidupan masyarakat, Muhammadiyah dan Partai Komunis Indonesia (PKI) memanfaatkan seni budaya sebagai alat untuk memperluas pengaruh mereka.
Persaingan ini menciptakan dinamika sosial yang membekas hingga kini.
Muhammadiyah hadir dengan drumband khas yang dipimpin oleh satu mayoret, menampilkan kekompakan dan disiplin yang mencerminkan nilai-nilai keislaman dan kebersamaan.
Sementara itu, PKI tampil lebih mencolok dengan barisan lima mayoret perempuan, menciptakan daya tarik visual dan semangat revolusioner yang kuat.
Kedua barisan ini memanaskan lorong-lorong Kotagede dalam Pawai Nasakom, menghadirkan tontonan yang bukan sekadar hiburan, melainkan simbol kekuatan politik yang saling bersaing.
Tak hanya di jalanan, rivalitas ini juga merasuk ke ruang-ruang yang lebih tersembunyi.
Pencak Silat Senopati yang berafiliasi dengan Muhammadiyah menjaga kampung-kampung dengan sikap siaga, mencerminkan nilai ketertiban dan ketahanan moral.
Sebaliknya, PKI memperlihatkan Pencak Silat Tunggal Hati yang diiringi dentuman gamelan, menghadirkan suasana mistis yang membangkitkan ketegangan di tengah keramaian pasar.
Seni bela diri ini menjadi simbol kekuatan dan pengaruh di tingkat akar rumput.
Persaingan ini bukan sekadar adu massa atau pawai meriah, melainkan sebuah drama sosial tentang bagaimana ideologi dan budaya membentuk dinamika kehidupan masyarakat Kotagede.
Keduanya berusaha memenangkan hati rakyat dengan pendekatan yang berbeda — satu dengan ketertiban dan religiusitas, satu lagi dengan semangat revolusi dan keberanian menantang norma.
Kotagede menjadi saksi bisu atas ketegangan yang membelah masyarakat, namun sekaligus memperkaya identitas budayanya.
Hingga kini, jejak rivalitas itu masih terasa di sudut-sudut Kotagede. Dalam keheningan malam atau riuhnya pasar, bisikan sejarah itu tetap terdengar, mengingatkan kita pada ketegangan masa lalu yang membentuk identitas masa kini.
Di mana kita berdiri hari ini? Apakah kita siap untuk menelusuri jejak-jejak itu dan memahami makna di balik Kotagede, sebuah kawasan yang sarat sejarah di Yogyakarta, pernah menjadi panggung persaingan dua kekuatan besar yang memperebutkan yang pernah membakar semangat rakyat Kotagede?
Penulis : Kurniawan
Editor : Peristiwaterkini